Rabu, 13 April 2005

Meet The Writter di Rumah Cahaya

Pukul 10:15 WIB. Hadi yang harus mempersiapkan acara Meet The Writer—tanpa Hendra yang sedang pulang kampung ke Bandung—datang dengan mata sembab, sebab belum lunas kantuk karena begadang menyelesaikan tulisan sampai Subuh. Tapi tak seorang pun pengurus Rumcay Depok yang sudah hadir di tempat itu—kecuali Tami yang memang tinggal di sana. Rencananya, sebelum acara dilangsungkan, pengurus ingin mengadakan rapat, membicarakan launching Rumah Cahaya Depok yang ke 2.

“Ke mana yang lainnya?” tanya Hadi pada Tami saat tak menemukan seorang pun pengurus Rumcay selain dirinya di sana.

“Lho, emangnya Hadi belum tau kalo acara rapatnya diundur sampai jam tiga sore, selasai acara jumpa penulis?”

“Hah?!” mata Hadi yang kuyu membelalak lebar. “Kok saya gak dibilangin sih?”

Tami hanya mengangkat bahu.

Pukul 11:30 WIB. Ratna yang mengira datang terlambat tergesa masuk ke dalam Rumcay dengan wajah bersalah. Tapi manakala dia hanya menemukan Hadi dan Tami di sana, keningnya berkerut, ribuan tanda tanya menyembul dari balik jilbab putihnya.

“Rapatnya gak jadi?”

“Diundur sampe jam tiga!”

“Uh, gimana sih Mas Denny? Katanya jam sepuluh? Kalo tau begini aku datangnya jam satuan aja!”

Pukul 12:00 WIB. Saya tiba di Rumcay disambut dengan gerutu Hadi dan tatap mata kesal Ratna. Sudah ada beberapa pengunjung yang ingin menghadiri acara temu penulis, juga beberapa anak FLP Depok.

“Katanya jam sepuluh?!” Ratna keki.

“Lho, emangnya kamu gak di-SMS sama Arifani?”

Ratna menggelengkan kepala, masih menyimpan kesal di wajahnya.

“Hehehe... sori deh. Sebenarnya aku mau SMS Ratna, tapi gak ada pulsa. Tapi bukan salah aku dong? Aku kan udah minta Rifa SMS kamu...”

Suara adzan Zuhur mengumandang. Saya, Hadi, Ratno (Penguasa toko buku di Rumah Cahaya) dan beberapa teman FLP Depok pergi ke masjid di belakang Rumcay. Sedang para akhwat menunaikan salat di Rumcay.

Pukul 13:00 WIB. Adzimattinur Siregar yang menjadi pembicara datang. Sayang Leyla Imtichanah yang seharusnya juga datang sebagai pembicara harus melewatkan kesempatan bertatap muka dengan penggemar-penggemarnya.

Dan acara yang sedianya dilaksanakan tepat pukul satu siang harus diundur sampai setengah dua, karena belum banyak pengunjung yang datang ke Rumcay. Sepertinya anak-anak remaja di kota Depok, lebih memilih menghadiri konsernya Seurius di lapangan parkir Goro, yang diselenggarakan bersamaan waktunya dengan acara jumpa penulis. Hmmm... kayaknya kita punya PR buat menarik minat para remaja, khususnya anak-anak sekolah di kota Depok, untuk lebih mencintai membaca dan menulis!

Namun terlepas dari itu semua, acara jumpa penulis yang dipandu oleh saya sendiri, lumayan sukses. Banyak juga teman-teman dari FLP Depok yang datang untuk menimba pengalaman dari Adzimattinur Siregar.

Banyak Hal yang dibagi oleh penulis yang sering dipanggil Butet itu, yang menerbitkan bukunya pertama kali saat dia masih duduk di bangku SMP. Dari bagaimana dia mendapatkan ide cerita, sampai mengolahnya menjadi sebuah novel serial. Ternyata, seorang Adzimattinur pernah merasa minder karena bermasalah dengan huruh R (alias cadel) dan nilai F dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Tapi dengan menulis, dia berhasil menumbuhkan kepercayaan diri. Boleh dibilang, menulis menjadi semacam terapi baginya untuk lebih percaya pada kemampuannya sendiri. Di samping sering menerima pujian dari pembaca buku-bukunya, ternyata, sebagai penulis yang sudah cukup dikenal di kalangan pembaca novel-novel islami, dia sering juga mendapatkan semacam kritikan dari pembaca yang lebih seperti mencemooh karyanya. Tapi Adzimattinur malah merasa berterima kasih dengan orang-orang yang mengkritik atau hanya sekedar mencemooh karyanya, karena setidaknya, itu merupakan pertanda mereka memperhatikannya. Dan peduli dengannya. Wah, bijak banget ya ABG yang satu ini? Di akhir acara, Adzimattinur melemparkan pertanyaan konyol kepada pengunjung yang ingin mendapatkan bukunya. Begini pertanyaannya, “Sebutkan letak bangku tempat saya duduk di sekolah?” Pertaanyaan Adzimattinur itu segera disambut tawa oleh para pengunjung. Siapa juga yang tahu tempat duduknya di sekolah?

Alhamdulillah, meski jauh dari sempurna, acara Meet The Writer berjalan dengan cukup lancar, sampai acara ditutup pada pukul tiga. Tapi kami memang masih memiliki pekerjaan rumah untuk membangkitkan minat baca, tidak saja di kalangan remaja, tapi juga anak-anak, dan bila perlu orang-orang dewasa di kota Depok. Semoga saja kami mampu melaksanakannya, sehingga di masa yang akan datang, akan banyak penulis-penulis lahir dari Rumah Cahaya Depok. Mohon doanyaJ

Denny Prabowo
Ketua Divisi Rumah Cahaya FLP
Share This
Subscribe Here

0 komentar:

Posting Komentar

Mitra Kami

Photobucket Photobucket Photobucket
 

Followers

Photobucket

Rumah Cahaya FLP Copyright © 2009 BeMagazine Blogger Template is Designed by Blogger Template
In Collaboration with fifa