Minggu, 31 Juli 2005

Bedah Rara The Troublemaker

Minggu 31 Juli 2005, jam di dinding sudah menunjukkan pukul 13.00. Rumcay masih sepi. Leyla Imtichanah atau yang lebih beken dengan sebutan Ella sudah dandan rapi bak seorang putri. Maklum, hari itu novel terbarunya bakal dibedah. Judulnya Rara The Troublemaker (Lingkar Pena, Juli 2005). Kebetulan aku yang jadi moderatornya. Menggantikan Dini (Sulistami Prihandini) yang berhalangan hadir karena ada urusan penting (Apaan tuh ? :-).

Jam 14.00 masih sepi. Tapi paling tidak sudah ada beberapa sosok manis di situ. Mereka adalah ; Tuntas, Mbak Dee dan Deni Prabowo. Kali ini yang akan ‘menguliti Ella sampe ke tulang-tulangnya’ (maaf kalo ada yang nggak setuju dengan metafor ini, tapi dulu kita semper beken di milis FLP gara-gara kata ini, huehehehehehehe... :-) itu Mbak Dianti.Tanpa menunggu lagi. Acarapun dimulai. Jadi yang diskusi pada siang itu adalah

1. Koko Nata (Moderator)
2. Rahmadiyanti Rusdi(Nama panggilannya Dee. Emang sepintas kayaknya nyaingi penulis SUPERNOVA itu. Tapi sumpe lo, nama Dee sudah dipake redaktur majalah Annida ini sebelum SUPERNOVA nongol. Masih mau protes, ya terserah.
3. Tuntas (Emang kalo denger ini jadi inget sama iklan obat...!!!? obat apa ya? Lupa! Yang pasti ada kata-kata. Sampe tuntas...tas...tas..:-)
4. Leyla Imtichanah (Penulis buku. Ga ada hubungan darah sama Laila Sari, bintang tempoe doeloe itoe. Tapi mungkin aja nyokapnya atau neneknya dulu penggemar Laila Sari. (Becanda ding. Jangan marah ya, La. Ella sensi(tif) sih.
5. Denny Prabowo (Kepala suku rumcay Depok yang juga seorang mountaineering (mountain = gunung, eerie = perasaan takut/ngeri, ring = cincin jadi mountaineering = tukang cincin gunung yang suka ngeri, Ih ngarang deh! Emang iya :-P

Meskipun cuma limaan. Diskusi kita cukup seru lho! Apalagi Tammy dengan ikhlasnya menyuguhkan sepiring kue dan minuman dingin (seger!!). Nggak sia-sia dong moderator bilang : “ Layla Imtichanah telah menghasilkan tujuh buah buku. Jadi Bayangin aja berapa royalti yang sudah dikumpulkan seorang Ella.” Bayangklan sodara-sodara tujuh buah buku. J.K Rowling aja yang baru nulis enam buah buku sudah kaya raya. Kekayaannya ditaksir melebihi ratu inggris. Apalagi Ella. (Ella melirik dengan padangan setajam elang. Menusuk, menikam! “Emang royalti kite berape seh?” Hihihihihihi...

Mbak Dianti mulai menguliti Ella, pertama-tama Mbak Dee, ngeluarin golok, trus “PLETAK...” Klepek...klepek...klepek... Jeritan tertahan menyayat telinga. Darah berceceran. Sesuatu menggelepar. (Yah ini sih adegan di rumah pemotongan ayam) Maaf... maaf...

Yang bener gini. “Saat saya membaca buku Ella, sebenarnya ada buku lain di samping saya, yaitu Harry Potter, The Half Blood Prince. Awalnya saya bingung buku siapakah yang harus saya baca dulu? Ella atau Rowling? Demi FLP saya memutuskan baca karya Ella dulu! (Eh, ga, ding. Ini rekayasa yang betul Mbak Dee milih Harry potter dulu.) “Makanya La! Lain kali nulisnya kudu lebih bagus dari Harry Potter,” ujar Mbak Dee.

Sebagaimana umumnya bedah buku. Mbak Dee memuji Ella terlebih dahulu. “Aduh Ella hebat sekali, masih muda, masih jomblo, sudah nulis banyak buku. Tapi sayang saya ini yang dikasih ke saya.” Ya, Asal tahu aja Ella sudah nulis 7 buah buku sebelum Rara The Troublemaker, yaitu :
1. Oke Kita Bersaing (ini yang menang lomba novel remaja di GIP, 2003, sekaligus debut pertama Ella di dunia kepenulisan indonesia. Asal tahu aja novel ini telah terjual lebih dari 10.000 eks Waaa slamet-slamet)
2. Cinta Buat Chira (Lingkar Pena, 2004)
3. Misteri Sanggar Cinta (Beranda Hikmah, 2004)
4. Rumah Cahaya (Zikrul Remaja, 2005)
5. Biarkan Stef pergi (DAR! Mizan, 2005)
6. Daffa Loves Inka (Beranda, 2005)
7. The True Love (Syamil, 2005)

Pujian lain dari Mbak Dee begini :
“Buku ini enak buat dibaca, ringan kayak krupuk, manis seperti permen, renyah bagai emping, empuk bagaikan molen (jadi laper!). Saya bacanya dua jam selesai. Rara The Troublemaker sudah memenuhi kriteria fiksi untuk remaja ; asyik, ringan, ngalir. Karakter Rara cukup kuat (tomboy, preman, sradak-sruduk). Jadi inget sama saya waktu ABG dulu :-)”

Ella tersipu-sipu mendengar pujian ini. Matanya berbinar-binar, bagai ada berjuta bintang berpendar. Pipinya memerah. Segaris senyum menampakkan gigi rapinya. Cie...

Sebuah motor tiba-tiba berhenti di depan rumcay. Muncullah Orin and the prince... tettetteret... Mbak Orin langsung gabung dengan kelompok sambil memangku si mungil, buah hatinya ikutan diskusi. Sesi selanjutnya adalah bagian yang ditunggu-tunggu. Kritikan!

“Novel Ella ini terlalu banyak tokoh sehingga plot utama kurang terlihat. Novel ini lebih terlihat sebagai kumpulat subplot yang dirangkum menjadi satu. Banyak tokoh yang kurang tergali karakternya,“ ungkap Mbak Dee

Denny nunjukin nama-nama tokoh yang iseng-iseng dicatatnya dari novel itu. Ada 20 lebih, wueeh...

Mbak Dee meneruskan kritikannya.
“Tidak ada bagian yang menunjukkan sebab akibat si tokoh menjadi Troublemaker. Tokoh Rara ini kan preman banget. Di bab satu aja dia berani ngambil kartu porno dari anak-anak kelasnya, nonjok temen2 cowok, ketus bin judes, mimpin tawuran sama sekolah lain lagi. (Weleh...weleh... ) Padahal lebih bagus kalau ada kejadian masa lalu atau apalah yang menyebabkan ia bertingkah seperti itu.“

Ella manggut-manggut menatap lantai yang ada semut bukan marmut.

“Salah satu bab, kalo nggak salah bab 5 panjang sekali. Di sana menceritakan penggojlokan Rara sat menjadi anggota PMR. Sebenarnya boleh-boleh aja sih mengupas PMR. Apalagi kalau sampai detail yang menyebabkan Rara yang preman bisa jadi lemah lembut, pengasih dan peyabar. Dalam novel memang kita boleh ngalor-ngidul, tapi kalo nggak ada hubungannya sama cerita, nggak usah diceritain. Lain kalo ada tujuan tertentu. Misalnya seperti di karya Imun, ‘Rahasia Dua Hati’. Imun (Mutmainnah) sengaja berpanjang-panjang mengupas kegiatan PMR karena ingin menebus kesalahnnya ketika SMA dulu nggak menyampaikan kasus yang terjadi di PMR. “

Ella masih mangut-manggut, yang lain juga setuju.

“Penyadaran Rara terlalu cepat, untungnya dia nggak dipaksa segera berjilbab. Kalau ya, ini berarti mengulangi kesalahan klise penulis berlabel islam yang suka memaksakan jilbabisasi pada tokohnya. Padahal nggak harus lho. Cukup dengan menyiratkan si tokoh akan berubah aja sudah cukup,” jelas Mbak Dee.

Selanjutnya diskusi berlanjut ke soal teenlit. Kalo diceritai secara detail bisa panjang banget. Jadi kesimpulan obrolan kami tentang teenlit itu begini.
1. Teenlit itu sudah ada dari jaman dulu. Tahun 80-an ada Lupus punya Hilman. Hanya saja teenlit sekarang jadi merk dagang Gramedia. Penerbit lain ikut-ikutan menerbitkan teenlit dengan kemasan serupa. Pemberitaan di media juga membentuk opini seolah-olah teenlit itu baru ada tahun 2000-an ini.
2. Boleh dong kita bilang kalo FLP adalah pelopor fiksi remaja islami / teenlit islami di Indonesia. Yang ga setuju silahkan protes. Boomingnya fiksi remaja tak lepas dari boomingnya fiksi islami mulai tahun 1999.
3. Kenapa Fiksi remaja itu laku ?
- Ceritanya gue banget. Kayak melihat gue sendiri dalam buku itu (gue = remaja)
- Bahasanya gue banget. Serasa denger orang ngomong di dekat kita.
- Cover dan layout pas dan sesuai selera remaja
4. FLP harus bisa bermain cantik. Ga jamannya lagi menjilbabi tokoh secara paksa. Yang penting ada hikmah dan pencerahan dari tulisan kita.

Acara bedah buku berakhir happy ending. Makan-makan dan minum-minum. Lepas dari segala kekuarangan buku Ella satu hal yang perlu diingat. BELI RARA THE TROUBLE MAKER! Terbitan LINGKAR PENA. Covernya KEREN BANGET!!! Harganya Rp 20.000. Murah kan!

Banyak hal bisa kita petik dari dikusi hari itu. Ini bisa jadi semacam bekal bagi kita untuk menulis besok-besok. Tapi jangan sampe diskusi hari ini jadi malah penghalang kita untuk nulis (sebab kadang-kadang ada penulis pemula yang memegang teguh omongan seniornya. Kalo nulis remaja harus gaul. Kalo bikin cerita harus gaul banget. Padahal ga juga sih. Yang penting nulis aja dulu. Baru ntar diedit)

Sekian dulu curhat bedah buku di Rumcay. Mudah-mudahan minggu depan kita-kita (khususnya yang biasa mangkal di Rumcay) tetap bersemangat untuk diskusi dan menulis. Sukses selalu!
Share This
Subscribe Here

0 komentar:

Posting Komentar

Mitra Kami

Photobucket Photobucket Photobucket
 

Followers

Photobucket

Rumah Cahaya FLP Copyright © 2009 BeMagazine Blogger Template is Designed by Blogger Template
In Collaboration with fifa